CARA MENGHITUNG WAKTU BAIK DAN WAKTU BURUK

            Dalam masyarakat Islam tradisional berkembang kepercayaan kepada “Waktu baik” dan “Waktu buruk”.Waktu baik diyakini akan mendatangkan kebaikan/berkah bagi orang yang memakainya untuk melakukan suatu hajatan penting seperti mendirikan rumah,pindah rumah,pernikahan,sunatan anak,dan sebagainya.Sedangkan waktu buruk diyakini akan mentangkan keburukan bila dipakai untuk melakukan suatu hajatan penting.Untuk mengetahui waktu baik dan waktu buruk maka orang-orang yangmempercayanyainya biasanya mendatangi orang pintar (pahadal orang bodoh) atau paranormal (padahal tidak normal),maka uangpun keluarga sebagai ongkos menghitung waktu.Padahal cara menghitung waktu baik dan waktu buruk tidaklah sulit kalau kita mau ikut-ikutan bodoh dan membodohi orang lain,ikut- ikutan sesat dan menyesatkan orang lain,yaitu dengan menghitung bulan pada kalender hijriah.

A. Menghitung waktu penanggalan Hijriah

             Perhitungan waktu baik dan waktu buruk dibuat oleh nenek moyang kita dan diajarkan secara turun temurun.Mereka menghitung-hitung waktu (tanggal hijriah) dan menghubungkannya dengan sifat-sifat dari unsur penciptaan manusia,yaitu tanah, air, angin dan api. Tanah dipercaya memiliki sifat sabar, setia memberi rezki; air dipercaya memiliki sifat sejuk, mendatangkan rezki, damai; angin dipercaya memiliki sifat berubah-ubah, membuang/menerbangkan rezki; sedangkan api dipercaya memiliki sifat emosional, dan dapatmenghabiskan/membakar rezki. Tanah dan air dianggap sebagai sumber kebaikan bagi manusia sedangkan angin dan api sebagai sumber keburukan/malaetaka.Nenek moyang itu membuat perhitungan bulan (hijriah) dengan keempat unsur di atas, seperti :

Tanah	Air	Angin	Api
1	2	3	3
5	6	7	8
9	10	11	12
13	14	15	16
17	18	19	20
21	22	23	24
25	26	27	28
29	30

                        Menurut perhitungan nenek moyang bahwa waktu yang baik adalah waktu yang ada pada kolom tangah dan kolom air. Sedangkan waktu yang buruk terdapat pada kolom angina dan api. Umumnya waktu yang dipakai masyarakat untuk melangsungkan pernikahan adalah waktu pada kolom air.

                        Selain dari itu terdapat pula waktu yang diyakini sial, antara lain :

1.      Tanggal 1 Muharram dan setiap hari yang bertepatan dengan satu muharramitu (pokok taung).

2.      Hari Rabu terakhir dalam bulan hijriyah (cappu’ araba).

3.      Hari Jumat yang apabila dalam tahun itu bertepatan dengan Idul Fitri atau Idul Adha (dua kali dibacakan khutbah).

B.      Kebodohan dan Kesesatan Kepercayaan Kepada Waktu Baik Dan Waktu Sial

Baik orang yang disebut pintar,para normal dan orang lain yang mempercayai waktu-waktu baik dan waktu sial adlah sama-sama bodoh,karena mereka mempercayai yang sesungguhnya tidak ada.Mereka hanya berdsarkan persangkaan belaka padahal bersangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran (QS.An Najm:280,kepercayaan mereka tidak memiliki dasar dalam Al Quran maupun Sunnah Rasulullah SAW. Dalam pandangan syari’at, kita menemukan berbagai kesesatan dalam kepercayaan pada waktu baik dan waktu buruk, antara lain :

1.      Bertentangan dengan ketetapan Allah atas diri makhluk-Nya.

Allah telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi pada diri makhluk-Nya. Ketetapan Allah itu telah tertulis dalam kitab-Nya, Lauh Mahfudz jauh sebelum makhluk itu diciptakan (Q.S. Al Hadid :22).

2.      Bertentangan dengan tujuan Allah menciptakan waktu, yaitu waktu itu diperuntukkan bagi makhluk, yaitu  siang untuk bekerja mencari nafkah dan malam untuk istrahat jadi semua waktu sama, “Dan karena Rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dai karunia-Nya” (Q.S. Al Qashash : 73).

3.      Dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya

Dalam sebuah Hadist Qudsi Allah berfirman : Anak-anak Adam ada yang menyakiti hatiku, mereka mencela waktu, padahal Akulah yang menciptakan waktu” (HR. Bukhari). Dlam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah mencela waktu, karena sesungguhnya Allahlah yang menciptakan waktu” (HR.      ).

4.      Allah melarang kita mengikuti sesuatu yang kita tidak memiliki pengetahuan atasnya.

Kebanyakan manusia mempercayai waktu baik dan waktu buruk hanyakarena ikut-ikutan pada kepercayaan nenek moyang atau orang banyak, padahal Allah mengingatkan agar :“Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang tidak ada pengetahuanmu atasnya, sesungguhya pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai pertanggungjawaban” (Q.S. Al Israa : 36).

5.      Dilarang bertanya pada dukun/paranormal,

 “Barangsiapa yang mendatangi dukun/paranormal, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari” (HR. Muslim).

“Barangsiapa yang mendatangi dukun dan mempercayai ucapannya berarti kufur terhadap Al Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad” (HR.Ahmad).

“Bukan umatku, orang yang mempercayai tanda-tanda keberuntungan dan tanda-tanda kesialan” (HR. Al Bazaar).

6.      Percaya kepada waktu baik dan waktu sial adalah bagian dari kesyirikan, yaitu mengharap sesuatu kepada selain Allah (kepada waktu) dan takut kepada selain Allah. Padahal segala keberuntungan dan kesialan hanya datang dari Allah bukan datang dari waktu yang diciptakan Allah.

7.      Percaya kepada waktu baik dan waktu sial adalah bentuk taklid buta yang dilarang dalam agama. Mereka hanya bersandar pada kebiasaan sebagian besra masyarakat, atau perkataan para dukun, atau mengikuti tradisi nenek moyang. Padahal kepercayaan seperti itu tidak ada di dalam Islam melainkan tipu daya syaitan. “Barangsiapa yang berpaling dari peringtan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam adzab yang berat (Q.S. Al Jin : 15).

B.      Penutup

            Berdasarkan uraian di atas maka jelaskah bahwa apapun yang akan terjadi pada diri kita entah yang baik atau yang buruk adalah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah jauh sebelum diri kita diciptakan,jad buka karena waktu yang pakai melakukan perbuatan tersebut.Tidak ada waktu yang buruk melainkan semua waktu adalah baik,siang baik untuk bekerja dan malam baik untuk istrahat .Yang siap adalah manusia yang menyia-nyiakan waktu,yaitu yang menggunakan waktu untuk berbuat maksiat,berbuat kesyirikan atau tidak menggunakan waktu untuk melaksanakan ibadah atau kebaiikan terhadap sesamanya.oleh karena itu,wahai saudaraku pelajari kebenaran agar kita tidak menjadi orang bodoh yang mempercayai orang-orang bodoh.Yang pintar bukanlah orang yang melakukan kebododhi lalu membodoh-bodohi orang lain,melainkan orang yang mengetahui keberanan lalu meninggalkan kebatilan.